Pages

Permintaan Bahan

Permintaan Bahan
Jama'ah Wahidiyah Avisena Jak - Sel

Senin, 23 Juli 2012

Di dunia Islam dikenal beberapa aliran tarekat besar, seperti Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syathariyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, Tijaniyah, Idrisiyah dan Rifa'iyah yang merupakan anggitan dari para ulama Timur Tengah. Aliran-aliran tarekat tersebut terbanyak tumbuh berasal dari daerah Turki. Sedangkan tarekat yang merupakan produk asli Indonesia adalah Shiddiqiyah dan Wahidiyah yang cukup populer dan sekaligus kontroversial.
Kedua tarekat itu muncul dan berkembang di Kediri, Jawa Timur. Aliran Wahidiyah yang didirikan oleh KH. Abdoel Madjid Ma'roef pada 1963 itu ternyata berkembang sebagai sebuah nilai spiritual ditengah-tengah masyarakat, bahkan tidak hanya didalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Eksistensi Wahidiyah merupakan fenomena kultural tasawuf dalam wacana realitas sosial, keagamaan dan ilmiah. Kehadirannya dapat dibilang sebagai kontrol dan reformasi zaman umat manusia. Buku yang ditulis oleh Sokhi Huda ini menjelaskan bahwa sistem ajaran Wahidiyah menyediakan perangkat spiritual yang disebut Shalawat Wahidiyah. Shalawat ini (juga dengan ajarannya) merupakan produk atau susunan KH. Abdoel Madjid Ma'roef. Dia dikenal sebagai muallif shalawat Wahidiyah, bukan sebagai mursyid (guru tarekat), sebab dalam Wahidiyah tidak ada istilah mursyid seperti dalam tarekat-tarekat pada umumnya atau dalam semua tarekat yang ada.
Maka dapat dipahami bahwa dalam Wahidiyah tidak ada baiat (janji) murid dihadapan mursyid. Pola relasi yang ada dalam Wahidiyah adalah relasi muallif dan pengamal. Semua pengamal adalah murid langsung muallif. Pola relasi ini tidak tersusun atas urutan pendiri, mursyid, sampai salik (murid) yang semakin lama semakin panjang jalur silsilahnya karena semakin panjangnya rentang masa hidup antara murid dan pendiri yang diantara keduaya terdapat mursyid-mursyid dalam Wahidiyah, pola relasi tersebut tetap bertahan, tidak semakin panjang, meskipun rentang masa hidup antara keduanya semakin panjang. Idealisme tasawuf yang dibawa oleh Wahidiyah diterjemahkan oleh muallif kedalam bentuk amalan ritual yang praktis untuk disajikan kepada masyarakat luas. Dengan kata lain, Wahidiyah dapat diakses kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja, tanpa prosedur kesilsilahan. Ini merupakan terobosan baru dalam dunia tasawuf dan tarekat, dimana pada umumnya semua aliran tasawuf dan tarekat menyajikan sistem ajaran dan sistem amalan ritual yang ketat dan prosedural. Sebagai fenomena kultural, Wahidiyah ternyata berkembang pesat ditengah-tengah masyarakat. Bahkan dengan misi inklusivisme global (jami' al-'alamin), ia berkembang hingga ke manca negara. Barangkali karena sistemnya yang sederhanan dan praktis itulah sebagian masyarakat merasakan adanya daya tarik (attraction) terhadap Wahidiyah. Secara historis, aliran ini mengalami dialektika yang monumental. Ini ditandai oleh sejumlah respon, baik respon positif maupun negatif dan kritik-kritik ideologis dari para pemuka berbagai aliran tasawuf yang ada di Indonesia maupun dari kalangan sesepuh NU. Sebagaimana diketahui, NU menjadi lembaga yang berhak menentukan status "mu'tabarah" (sah) atau "ghair mu'tabarah" (tidak sah) bagi aliran tasawuf yang ada di Indonesia. Akan tetapi, karena prosedur pengamalan shalawat Wahidiyah yang praktis, tanpa proses baiat, banyak tokoh sesepuh dan strategis NU yang menjadi pengamal Wahidiyah.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa daya ketertarikan terhadap Wahidiyah diperkuat dengan akuitas pernyataan bahwa shalawat Wahidiyah merupakan interpretasi terhadap Islam yang dilakukan secara genius oleh pendirinya dan ditransformasikan secara terus menerus sehingga menjadi habitualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Ia merupakan tasawuf lokal yang menjadi ajang bagi para penganutnya untuk memenuhi gelegak keilahian dan menjadi wadah bagi pemenuhan kebutuhan spiritual yang tidak ada habis-habisnya. Ia menjadi medium untuk mengekspresikan gelegak ketuhanan dan kulminasi pengalaman keilahian yang tidak kunjung henti. Ritual di dalamnya merupakan proses untuk untuk menemukan Tuhan didalam kehidupan. Jika tidak ingin terlambat didalam proses pencaraian kehidupan duniawi maka ia bisa menjadi jembatan untuk sampai pada maqam keilahian tersebut. Samudra luas kehidupan yang seharusnya diisi dengan sifat dan tindakan keilahian tersebut terkadang tereduksi oleh keinginan duniawi sehingga menghalangi seseorang untuk menemui Tuhannya. Itulah salah satu motto Wahidiyah, Fafirru ila Allah. Dinamika historis Wahidiyah mengalami perkembangan yang signifikan pada saat sasaran jami' al-'alamin dan misi inklusivisme globalnya sedikit demi sedikit merambah ke berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara (Timor Leste, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Australia, Hongkong, Jepang, Arab Saudi dan Amerika Serikat). Misi inklusivisme global ini bukanlah sasaran program Wahidiyah sebagai sebuah aliran tasawuf, melainkan merupakan substansi ajaran dan sifat keterbukaan dalam proses legalisasi pengamalnya. Muaranya adalah, dalam aliran ini tidak ada batas sebagaimana aliran-aliran tarekat umumnya; yang ada adalah model gethok tular yang dalam istilah komunikasi disebut multi step flow coomunication, yaitu model penyebaran berantai; setiap pengamal Wahidiyah diberi hak untuk menyebarkan substansi, termasuk rangkaian zikir atau sistem amalan (awrad) dan ajaran shalawat tersebut kepada orang lain tanpa proses baiat.
Oleh karena itu, banyak tokoh sepuh NU, penganut aliran-aliran Islam, pejabat negara, bahkan kalangan bromocorah menjadi pengamal shalawat ini. Buku ini memberikan sumbangsi dialogis dan wawasan ilmiah yang analitis, deskriptif dan komprehensif mengenai fenomena Wahidiyah sebagai sebuah aliran tasawuf lokal. Ia hadir untuk mengisi kelangkaan literatur tentang tarekat atau tasawuf yang bercorak lokal. Toh, realitasnya memang tidak banyak karya tulis tentang tarekat lokal dalam khazanah perbukuan Indonesia. Tulisan ini merupakan karya ilmiah akademis yang memprioritaskan dimensi pemahaman dan bukan menggurui, atau bahkan mencurigai. Maka buku ini sangat bermanfaat bagi pengamal shalawat Wahidiyah, orang yang tertarik dengan dunia tasawuf dan juga kalangan akademisi yang tertarik dengan fenomena tasawuf seperti ajaran, ritual dan dimensi ketasawufannya sebagai pattern for behavior untuk dipahami dan dipraktikkan atau dialami oleh pengamalnya.

Minggu, 22 Juli 2012

Pengertian Sholawat


1. Apakah pengertian Sholawat ?Sholawat menurut arti bahasa adalah :‘' DO‘A‘'Menurut istilah adalah:
•  Sholawat Alloh SWT kepada Rosululloh SAW berupa Rohmat dan Kemuliaan( Rahmat Tadhim)
•  Sholawat dari malaikat yang kepada Kanjeng Nabi SAW berupa permohonan rahmat dan kemuliaan kepada Allah SWT untuk Kanjeng Nabi Muhammad SAW sedangkan selain Kanjeng Nabi berupa permohonan rahmat dan ampunan
•  Sholawat orang–orang yang beriman ( manusia dan jin ) ialah permohonan rohmat dan kemuliaan kepada Allah SWT. 
untuk Kanjeng Nabi SAW, seperti :ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD
2. Sebutkan dasar membaca Sholawat !Dasar membaca Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW adalah : Firman Alloh SWT dalam surat Al Ahzab ayat. 56:Artinya : ‘‘ sesungguhnya Allah beserta para malaikatnya senantiasa bersholawat untuk Nabi SAW. Hai orang-orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan padanya ( Nabi SAW. ).
3. Bagaimana hukumnya membaca ? jelaskan ! Mengenai hukum membaca Sholawat, ada beberapa pendapat dari Ulama ada yang Wajib Bil Ijmal, wajib satu kali semasa hidup, adapula yang berpendapat Sunnah .pendapat yang paling masyhur adalah Sunnah mu'akkad akan tetapi membaca Sholawat pada akhir Tasyahhud akhir dari sholat adalah Wajib, oleh karena itu sudah menjadi rukunnya sholat.
4. Kita Di samping mempersatukan pendapat para ulama tentang kedudukan hukumnya membaca Sholawat diatas yang lebih penting adalah menyadari denan konsekwen bahwa membaca Sholawat kepada Nabi SAW merupakan kewajiban Moral dan keharusan budi nurani tiap–tiap manusia lebih–lebih kita kaum mu'minin, apa sebabnya!karena disebabkan :•  Kita diperintah membaca Sholawat seperti ayat di atas.•  kita semua berhutang budi kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang tidak terhitung3. Banyak dan besarnya , dhohiron wa batinan Syafa'atan wa Haqiqotan.Faedah dan manfa'at membaca Sholawat kembali kepada yang membaca sendiri, keluarganya, masyarakat dan makhluk lain ikut merasakannya bacaan Sholawat tersebut.
5. Apa tujuan membaca sholawat dan bagaimana adabnya ?Tujuan dari membaca Sholawat adalah Ikraman, tadhiman wa Mahabbah kepada Kanjeng Nabi SAW. Didalam membaca Sholawat kita harus memperhatikan adab– adab dalam membaca Sholawat tersebut.Adapun adab–adab dalam membaca Sholawat antara lain :
•  Niat ikhlas beribadah kepada Alloh SWT tanpa pamrih.
•  Tadhim dan mahabbah kepada Rosululloh SAW.
•  Hatinya HUDHLUR kepada Alloh SWT dan ISTIHDLOR ( merasa berada di hadapan      Rosululloh SAW)
•  TAWADDU' ( merendahkan diri ), merasa butuh sekali kepada pertolongan Alloh SWT, butuh sekali Syafa‘at Rosululloh SAW.
Adab tersebut merealisasi sabda Rosululloh SAW, sbb :Artinya ‘‘ Ketika kamu sekalian membaca Sholawat kepada KU maka bagusilah bacaan Sholawat mu itu . sesungguhnya kamu sekalian tidak mengerti sekirannya hal tersebut diperlihatkan kepadaKU ‘‘
6.Apakah Manfa'at dan faedah membaca SholawatManfa'at dan faedah membaca Sholawat antara lain :•  Membaca Sholawat satu kali, balas Alloh SWT rohmat dan maghfiroh sepuluh kali, membaca sepuluh kali dibalas 100 X dan seratus kali membaca Sholawat dicatat dan dijamin bebas dari munafik dan bebas dari neraka, disamping digolongkan dengan para Syuhadak.bersabda :“Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku 10x, maka Alloh SWT membalas Sholawat kepadanya 100x, dan barang siapa membaca Sholawat kepadaku 100x, maka Alloh SWT menulis pada antara kedua matanya; "bebas dari munafiq dan bebas dari neraka ", dan Alloh SWT menempatkan besok pada Yaumul Qiyamah bersama-sama dengan para Syuhadak”.•  Sebagai amal kebagusan, penghapusan keburukan dan sebagai pengangkat derajat si pembaca Sholawat.. Rosulullooh SAW bersabda''Ya benar, telah datang kepada-ku seorang pendatang dari Tuhan-Ku kemudian berkata : barang siapa diantara ummat-mu membaca Sholawat kepada-Mu satu kali, maka sebab bacaan Sholawat tadi Alloh SWT menuliskan baginya 10 kebaikan, dan mengangkat derajatnya 10 tingkatan, dan.Alloh SWT membalas sholawat kepadanya sepadan dengan sholawat yang ia baca ".
7. Manusia yang paling banyak membaca Sholawat , dialah yang paling utama disisi Rosululloh SAW dan yang paling dekat dengan Beliau besok di hari qiyamat Rosulullooh SAW bersabda :“Sesungguhnya manusia yang paling utama disisi-ku pada hari Qiyamah adalah mereka yang paling banyak bacaan Sholawatnya kepada-Ku"ROSULULLOH SAW BERSABDA :'Yang paling banyak diantara kamu sekalian bacaan sholawatnya kepada-Ku, dialah paling dekat dengan Aku besok di hari Qiyamat. ( DARI KITAB SA'ADATUD DAROINI HAL : 58 ).
8. Sholawat berfungsi Istighfar dan memperoleh jaminan maghfiroh dari Alloh SWT.ROSULULLOH SAW BERSABDA :"Bacalah kamu sekalian sholawat kepada-Ku, maka sesungguhnya bacaan Sholawat kepada-Ku itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian dan barang siapa membaca Sholawat kepada-ku satu kali, Alloh SWT membalas kepadanya sepuluh kali ( RIWAYAT IBNU ABI 'ASHIM DARI ANAS bin' MALIK )
9. Sholawat merupakan pengawal do‘a dan memperoleh keridhoan serta pembersih amal–amal kita.ROSULULLOH SAW BERSABDA'Sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu merupakan pengawal bagi do'a kamu sekalian dan memperoleh keridloan Tuhan-mu, dan merupakan pembersih amal-amal kamu sekalian ( RIWAYAT DAELAMI DARI SAYYIDINA 'ALI KAROMALLOOHU WAJHAH ).
•  Merupakan kunci pembuka hijabnya doa hamba kepada Alloh SWT dan menjadi jaminan terkabul nya semua do‘a. ROSULULLOH SAW BERSABDA:" Segala macam doa itu terhijab ~ ( terhalang l tertutup ), sehingga permulaannya berupa pujian kepada Alloh 'Azza wa Jalla dan sholawat kepada Nabi SAW kemudian berdo'a, maka do'anya itu diijabahi ". ( RIWAYAT IMAM NASAI ).
•  Orang yang membaca Sholawat 100 X setiap hari, akan di kabulkan 100 macam, hajat oleh Alloh SWT, yang 70 macam untuk kepentingan akhirat dan yang 30 macam untuk kepentingan di dunia.
ROSULULLOH SAW BERSABDA:"Barang siapa membaca Sholawat kepada-KU tiap hari 100 kali, maka Alloh SWT mendatangkan 100 macam hajatnya, yang 70 macam untuk kepentingannya di akhirot, dan yang 30 macam untuk kepentingannya di dunia " * ( DIKELUARKAN OLEH IBNU MUNDIR DARI JABIR ).
•  Orang yang membaca Sholawat 1000 X setiap hari, tidak akan mati sehingga dia melihat tempatnya di sorga.ROSULULLOH SAW BERSABDA:'Barang siapa membaca Sholawat kepada-Ku tiap hari seribu kali, dia tidak akan mati sehingga dia melihat ,tempatnya di surga". (DARI ANAS bin MALIK).
•  Orang yang menulis Sholawat dimohonkan ampunan oleh para Malaikat
ROSULULLOH SAW BERSABDA:"Barang siapa yang menulis sholawat kepada-Ku di dalam suatu kitab, maka Malaikat tidak henti-hentinya memohonkan ampun baginya selagi namaKU masih berada di dalam Kitab itu ".
•  Bacaan Sholawat menjadi NUR pada hari QiamatROSULULLOH SAW BERSABDA:Hiasilah ruangan tempat pertemuanmu, dengan bacaan Sholawat kepada-Ku, maka sesungguhnya bacaan Sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu menladi 'NUR" dihari Qyamat” ( DIRIWAYATKAN DARI ANAS bin MALIK ).
•  Bacaan Sholawat dapat untuk mencuci hati ( operasi mental ). ROSULULLOH SAW BERSABDA:'Segala sesuatu itu ada alat . pencuci dan pembasuh. Adapun alat pencuci hati seorang mu'min dan pembasuhnya dari kotoran yang sudah melekat I sudah berkarat itu dengan membaca Sholawat kepada-Ku -.( SA'AADA TUD DAROINI HAL : 511 ).
•  Sholawat akan melancarkan semua usaha dan menghilangkan semua kesulitan hidup yang dihadapi.ROSULULLOH SAW BERSABDA:Barang siapa yang merasa sulit / sukar menempuh sesuatu, maka sesungguhnya Sholawat itu akan membuka kesulitan dan menghilangkan kesusahan". ( H.R. THOBRONI DARI ABI HUROIROH RAJ.).
10. Kecaman terhadap orang yang tidak membaca SholawatKecaman terhadap orang yang tidak membaca Sholawat antara lain :
•  Dia tidak akan melihat wajah Rosulullah SAWSabda rosulullooh Saw :Tidak akan bisa melihat wajah-Ku tiga macam orang. 
satu, orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, 
nomor dua, orang yang meninggalkan (tidak mengerjakan) Sunnah-ku, 
dan tiga, orang yang tidak-membaca Sholawat kepada-Ku ketika (mendengar) Aku disebut di dekatnya ( HADITS MARFU' DARI AISYAH RA ).
•  Tidak sempurna agamanya. Sabda rosulullooh Saw :'Barang siapa tidak mau membaca Sholawat kepada-Ku, maka tidak dianggap sempurna agamanya ". ( RlWAYAT IBNU HAMDAN DARI IBNU MAS'UDI ).
•  Dia termasuk sebakhil–bakhil manusia. Sabda rosulullooh Saw"Barang siapa (mendengar) Aku disebut di dekatnya dan tidak membaca Sholawat kepada-Ku, maka dia itulah sebakhil-bakhil manusia" ( RIWAYAT IBNU ABI ASHIM DARI ABI DZARRIN AL-GHIFFARI ).
•  Dia bukan golongan Rosululloh SAW.Sabda rosulullooh Saw"Barang siapa (mendengar) Aku disebut, didekatnya dan tidak membaca Sholawat kepadaKu, maka dia bukan dari golongan-Ku dan Akupun bukan dari golongan dia. Kemudian Rosululloh SAW melanjutkan sabdanya (dalam bentuk doa : Yaa Alloh, pertemukanlah orang yang suka berhubungan dengan Aku. dan putuskanlah (hubungan) orang yang tidak mau berhubungan dengan Aku ( DIRIWAYATKAN DARI ANAS bin MALIK ).
11. Jelaskan Keistimewaan membaca Sholawat pada hari jumat !  Keistimewaan membaca Sholawat pada hari jumat siang ataupun malam diterima langsung oleh Rosululloh SAW sendiri.“Perbanyaklah membaca Sholawat kepada-Ku pada tiap hari Jum'at, maka sesungguhnya bacaan Sholawat ummat-Ku pada tiap hariJumat itu diperlihatkan kepada-Ku “( Diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad Hasan dari Abi Umamah )12. Bagaiman pandangan para ulama mengenai sholawat ? Banyak pandangan–pandangan dan pendapat para ulama mengenai Sholawat. ada yang di angkat dari qoidah–qoidah agamis dan ada pula yang berdasarkan atas keyakinan dan pengaruh zaman Dzauqiyah dan hasil–hasil dari mukasyafah antara lain :
a. Bacaan Sholawat adalah jalan kesurga kata Abu Huroiroh RA.:“Membaca Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW adalah jalan menuju ke sorga ".
b. Memperbanyak bacaan Sholawat suatu tanda golongan / ahli sunnah kata Sayyidina 'Ali Zainul 'Abidin bin Husain bin 'Ali bin Abi Tholib Rodliyallohu anhum :“Tanda-tanda ahli Sunnah ialah memperbanyak bacaan Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW ".
c. Jalan yang paling dekat kepada Alloh SWT pada akhir zaman.Jalan yang paling dekat (menuju) kepada Alloh SWT pada akhir Zaman khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak istighfar dan membaca Sholawat kepada Nabi SAW".( Dari Kitab Sa`aadatud Daroini ).
d. Untuk menjernihkan hati dan Marifat Billah."Sesungguhnya membaca Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan tanpa guru kepada Alloh SWT Dzat yang Maha Mengetahui segala perkara Ghaib ".. ( Sa'aadatud Daroini Hal : 36 ).
e. Sholawat dapat mewusulkan tanpa guru.“Secara keseluruhan, membaca Sholawat kepada Nabi SAW itu (dapat) mewushulkan kepada Alloh SWT tanpa guru.
 Oleh karena sesungguhnya Guru dan Sanad di dalam Sholawat itu adalah Shoohibush Sholawat (Ya'ni Rosululloh SAW), oleh karena Sholawat itu diperlihatkan kepada Beliau SAW dan Alloh SWT membalas (memberi) Sholawat kepada si Pembaca Sholawat. Berbeda dengan lainnya Sholawat dari bermacam-macam dzikir itu (harus) ada guru (mursyid) yang arif Billah. Kalau tidak, maka syetan akan masuk ke dalam amalan dzikir itu dan orang yang dzikir tidak dapat memperoleh manfaat daripada dzikirnya". ( Juga disebutkan dalam Saaadatud Daroini hal : 90 ).
f. Sholawat diterima secara mutlak oleh Alloh SWT.Kata Syekh Showi dalam Tafsir showinya :'Dan sesungguhnya para Ulama' sudah sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak terkecuali Sholawat kepada Nabi SAW. Maka sesungguhnya Sholawat kepada Nabi SAW itu "Maqbuulatun Qothl'an "(pasti diterima) ". ( Taqriibul Ushul Hal : 5 7 ).
g. Menambah rasa cinta kepada Allah SWT wa Rosulihi SAW.“Berkata AI-Allamah Syamsuddin bin Qoyyim dalam Kitabnya Jalaail afham : sesungguhnya Sholawat itu menjadi sebab langsungnya rasa cinta kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW & dapat meningkat berlipat-lipat rasa cintanya. Cinta yang demikian itu menjadi ikatan daripada beberapa ikatannya iman, dimana iman itu tidak bisa sempurna kecuali dengannya -.
h. Tercetaknya pribadi Rosululloh SAW dalam hati orang yang membaca Sholawat.Setengah dari pada faedah membaca Sholawat yang paling besar adalah tercetaknya Shuroh Rosululloh SAW di dalam hati si pembaca Sholawat ( Sa'aadatud Daroini Hal : 106 ).
i. Orang yang ahli Sholawat ketika sakaratul maut dirawuhi oleh Beliau SAW. "Barang siapa keadaan hidupnya memperbanyak Sholawat kepada Rosululloh SAW, maka ia berhasil mendapat kebahagiaan yang besar sekali, karena ketika sakarotul Maut Rosululloh SAW rawuh di hadapannya ( Sa'aadatud Daroini Ha : 516 ).
j. Mudah mimpi ketemu Rosulullooh saw. "Sesungguhnya memperbanyak Sholawat dengan mernakai redaksi yang mana saja berfaedah bisa bermimpi ketemu Rosululloh SAW, dan apabila berhasil dengan sungguh-sungguh memperbanyak serta membiasakan / melanggengkan, maka pembaca Sholawat itu meningkat bisa melihat Rosululloh SAW dalam keadaan jaga ". Beliau almukarom Asy Syekh Al-'Arif Billah Romo K.H. Abdoel Majid Ma'roef Mualif Sholawat Wahidiyyah berkata antara lain''Membaca sholawat adalah termasuk ibadah sunnah yang paling mudah. Artinya tidak ada syarat-syarat tertentu seperti pada ibadah-ibadah sunnah lainnya. Dan diberi bermacam-macam kebaikan yang tidak diberikan didalam ibadah-ibadah sunah lainnya seperti membaca Qur'an , dzikir, sholat sunnah dan lainnya. Yaitu membaca sholawat spontan menerima Syafa'at dari membaca sholawat itu sendiri. Disamping itu membaca Sholawat sudah mengandung dzikir, istighfar dan mengandung Do'a Li-Qodloil hajat. ini bukan berarti dengan membaca sholawat, tidak usah yang lain-lain bukan berarti begitu tapi kita harus ‘‘YUKTI KULLAA DZI HAQQIN HAQQAH''.dengan mengisi di segala bidang .”
13. Segalah macam Sholawat mempunyai kedudukan yang sama tetapi satu dengan yang lain mempunyai fadlilah yang berbeda – beda, apa sebabnya !  Segalah macam Sholawat mempunyai kedudukan yang sama tetapi satu dengan yang lain mempunyai fadlilah yang berbeda – beda, ini di sebabkan adanya beberapa faktor yang berpengaruh terhadap fadlilah Sholawat yaitu disamping dari Alloh SWT dan Syafaat Rosululloh SAW, falilahnya ada hubungannya dengan :•  Kondisi Muallif Sholawat terutama kondisi batiniyah•  Susunan Redaksi Sholawat•  Situasi dan kondisi masyarakat ketika Sholawat itu di ta‘lif•  Tujuan Sholawat itu di ta‘lif•  Situasi dan kondisi si pembaca Sholawat.•  Adab lahir dan batin ketika membaca Sholawat.
14. Macam macam Sholawat dapat di golongkan menjadi 2 golongan yaitu Sholawat Ma‘tsuroh Sholawat Ghoiru Matsuroh. Jelaskan !
a. Sholawat Ma‘tsuroh : Sholawat yang redaksinya langsung dari Alloh SWT misalnya Sholawat Ibrohimiyah, yaitu seprti dalam bacaan Tasyahhud akhir Sholawat tersebut tidak ada kalimat SAYYIDINAnya. Ini menunjukkan akan keluhuran budi Kanjeng Nabi SAW, selalu sederhana dan tawaddu,yang harus di tiru oleh para umat , adapun kita sering membaca kalimat Sayyidina itu ditambahkan dari para sahabat, sebagai pernyataan penghormataan , ikroman wa mahabbatan.firman Alloh SWT :janganlah kamu sekalian memanggil / menyebut pada Rosul seperti halnya engkau memanggil / menyebut diantara kamu sekalian".Sabda Rosululloh SAW : .''Saya gusti (pemimpinnya) anak cucu Adam tidak Saya tonjol-tonjolkan (sombong) dan saya permulaannya orang yang dibangunkan dari kubur, dan Saya permulaannya orang yang memberi Syafa'at (pertolongan), dan permulaannya orang-orang yang mendapat syafa'at NYA, ditangan saya benderanya pujian & dibawah bendera itu Nabi Adam AS beserta anak cucunya".
b. Sholawat Ghoiru Matsuroh : Sholawat ghoiro ma'tsuroh yaitu: yaitu sholawat yang disusun oleh selain kanjeng nabi SWT yaitu : yaitu oleh para sahabat, tabi'in, ailiyak, para ulama' dan umumnya orang islam. Misalnya: Shollawat nariyah, munjiyat, badawi, bardah dan masih banyak lagi. Diantara sholawat Wahidiyyah.
15. Macam-macam nama sholawat dapat dibagi 2 bagian sebutkan !.Macam-macam nama sholawat dapat dibagi 2 bagian yaitu :•  Nama sholawat yang disesuaikan dengan maksud Do'a yang terkandung didalamnya . misalnya : Sholawat Wahidiyyah, Nariyyah.•  nama sholawat disesuaikan dengan nama muallifnya. Misalnya: sholawat badawi (Disusun oleh imam badawi), sholawat masyisiyah (disusun oleh syekh abdul salam Bin Masysyi Ghouts Fii Zamanihi).
16. Ada berapa macam redaksi sholawat ? sebutkan ! Ada berapa macam redaksi sholawat yaitu :
a. Sholwat yang berbentuk permohonan kepada Allah SWT seperti :ALLOHUMMA SHOLLI 'AALA SAYYIDINAA MUHAMMAD
b. Sholawat yang langsung dihaturkan kepada beliau nabi muhammad SAW misalnya :ASSHOLAATU WASSALAAMU 'ALAIKA WA 'ALAA ALIKA YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOHc. Sholawat yang redaksinya hanya merupakan kalam khobar :SHOLLALLOHU 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
17. Bagaiman Kisah membacanya Sholawat Nabi Adam AS dan Nabi Musa A.S kepada Muhammad SAWKisah membacanya Sholawat Nabi Adam AS dan Nabi Musa A.S kepada Muhammad SAW adalah :•  Kisah Nabi Adam AS membaca Sholawat kepada Rosululloh SAW.Diceritakan dalm Hadits (Sa'aadatud Daroini hal;88).Ketika Alloh SWT 'azza,waJalla telah menciptakan Nabi Adam AS nenek moyang kita dan setelah membukakan penglihatan matanya, maka memandanglah Nabi Adam AS pada 'ARSY dan melihat tulisan 'MUHAMMAD' diatas 'PENDOP0'-NYA'ARSY, maka maturlah kepada Alloh,-: Duhai Tuhanku, adakah orang yang lebih mulya disampingMU selain aku".Jawab Alloh SWT: "Benar, Yaitu nama seorang Nabi dari keturunan-mu yang lebih mulya disamping-MU dari pada engkau.Dan jika tidak karena Dia, AKU tidak menciptakan langit, bumi,surga dan neraka"Setelah Alloh menciptakan Ibu Hawa dari tulang rusuk kiri Nabi Adam AS, maka Nabi Adam AS mengarahkan pandangannya keatas dan terlihatlah olehnya "satu makhIuq" yang lain dari padanya seorang wanita cantik jelita yang karenanya Alloh SWT memberikan rasa syahwat kepada Nabi Adam AS. Dan ketika itu maturlah Nabi Adam AS kepada Alloh SWT :Maturnya : 
Duhai Tuhanku, siapakah gerangan itu ? 
Jawab Alloh : 'Itu Hawa".
 Nabi Adam AS: "Kawinkanlah aku Yaa Alloh dengan dia".
 Alloh SWT : "Beranikah engkau membayar maskawinnya ?"
 Nabi Adam AS: "Berapakah maskawinnya ?
Alloh SWT :"Supaya engkau membaca Sholawat kepada yang mempunyai nama (Muhammad SAW), 10 kali".
Nabi Adam AS: "JIka kulakukan itu apakah Tuhan telah mengawinkan dia dengan   aku?"
Alloh SWT : "Benar demikian".
Kemudian Nabi Adam AS membaca Sholawat sepuluh kali kepada Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. Maka bacaan Sholawat sepuluh kali itu sebagai maskawinnya Ibu Hawa.. KISAH NABI MUSA MEMBACA SHOLAWAT KEPADA ROSULULLOH SAW.Dikisahkan di dalam Kitab "Syifa'ul Asqom", Syekh Al Hafidz Abi Nuaem menceriterakan bahwa menurut hadits ada diceriterakan wahyu Alloh SWT kepada Nabi Musa AS sebagai berikut :Firman : Alloh *"Wahai Musa, apakah-engkau ingin AKU ' lebih dekat kepadamu dari dekatnya kalammu terhadap lesanmu, supaya AKU lebih dekat kepadamu daripada dekatnya pandangan matamu terhadap matamu dan supaya AKU lebih dekat kepadamu daripada dekatnya rohmu terhadap badanmu. ? Jawab Nabi Musa AS : "benar duhai Tuhanku''.Firman Alloh : "Perbanyak membaca Sholawat kepada Muhammad Nabi-KU''

Sabtu, 21 Juli 2012

AJARAN WAHIDIYAH



A. PENDAHULUAN
Tujuan pokok perjuangan Wahidiyah adalah mengajak ummat masyarakat untuk segera kembali sadar dan mengabdikan diri kepada Alloh Subhanahu Wata’ala dengan mengikuti dan menyadari kepada Junjungan kita Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) syar’an wahaqiqotan, zhohiron wabathinan. Hal ini sesuai dengan yang senantiasa dikumandangkan suatu panggilan “FAFIRRUU ILALLOOH” (Larilah kembali kepada Alloh).
Ajakan tersebut tidak hanya dengan bentuk ajakan yang bersifat informatif seperti hanya penyampaian amalan, ajaran atau bimbingan saja, akan tetapi juga dengan bentuk pembimbingan praktis. Misalnya tekanan-tekanan tentang penerepan ikhlash LILLAH, iman / tauhid BILLAH, ittiba’ kepada Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam (LIRROSUL), dan kepercayaan serta rasa penerimaan jasa dari Beliau Shollalloohu ‘alaihi wasallam (BIRROSUL) sangat diperhatikan. Tekanan terhadap penerapan tauhid BILLAH di sini tidak berarti memberi kelonggaran dalam pelaksanaan syari’at atau amaliah lahiriah. Karena penerapan LILLAH, LIRROSUL dan seterusnya adalah pelaksanaan syari’at. Sangat tidak dibenarkan dalam Ajaran Wahidiyah seseorang yang beranggapan bahwa jika sudah menerapkan BILLAH (haqiqat) diperbolehkan meninggalkan syari’at.
Ajaran Wahidiyah bukan merupakan ajaran atau aliran baru yang menyimpang dari ajaran Islam; melainkan berupa bimbingan praktis yang dirumuskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam melaksanakan tuntunan Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam. Meliputi bidang Iman, bidang Islam dan bidang Ihsan. Mencakup segi syari’ah, segi haqiqah dan segi akhlaq.Sebelum kita membahas satu persatu pengertian dan bagaimana penerapan AJARAN WAHIDIYAH, marilah kita renungkan dan kita fikirkan lebih dahulu tentang fungsi manusia dihidupkan oleh ALLOH Subhanahu Wata’ala di dunia ini.
Kita perhatikan firman ALLOH Subhanahu Wata’ala Artinya kurang lebih :  “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “Sesungguhnya AKU hendak menjadikan kholifah di muka bumi” (2- Al Baqoroh : 30)
Yang dimaksud “Kholifah” adalah Nabi Adam ‘Alaihissalam yang menurunkan seluruh ummat manusia. Jadi setiap manusia, sebagai keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam dengan sendirinya sebagai ahli warisnya dan sekaligus menjadi Kholifah ALLOH di muka bumi. Secara Adami berarti setiap manusia mempunyai tugas kewajiban dan tanggung jawab menjalankan kekholifahan. Sebagai Kholifah ALLOH di bumi ummat manusia diberi tugas mengatur kehidupan dunia ini agar menjadi kehidupan yang baik dan benar yang diridloi ALLOH Subhanahu Wata’ala
Di dalam menjalankan fungsinya sebagai Kholifah ALLOH di muka bumi, manusia tidak bebas begitu saja tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan garis besar dan tujuan pokok yang harus dituju. Antara lain seperti yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an Surat no. 51 Adz- Dzaariaat Ayat 56 : Artinya kurang lebih :
“Dan tiada AKU menciptakan jin dan manusia melain-kan agar supaya mereka beribadah mengabdikan diri kepada-KU” (51-Adz Dzaariyat : 56)
Jadi segala perbuatan dan tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi dan kondisi yang bagaimanapun, hidup di dunia ini harus diarahkan untuk pengabdian diri (beribadah) kepada ALLOH Subhanahu Wata’ala semata-mata karena ALLOH (LILLAH) sebagai pelaksanaan tugas “LIYA’BUDUUNI”.
Shahabat Ibnu Abbas Radliyallohu ‘anhuma seorang mufassir Al Qur’an yang terkenal sejak zaman Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam, menafsirkan kalimat “Liya’buduuni” dalam ayat tersebut dengan “Liya’rifuuni”. Artinya agar supaya jin dan manusia ma’rifat, mengenal atau sadar kepada-KU (ALLOH). Menurut Syekh Al-Kalabi disebutkan dalam Tafsir Al-Qurthubi, “Liya’buduni” ditafsiri “Liyuwahhiduuni”. Artinya agar men-tauhid-kan (memahaesakan)_AKU. Dua penafsiran tersebut ada keterkaitan satu dengan yang lain. Untuk men-tauhid-kan Alloh Subhanahu Wata’ala harus mengenal-NYA lebih dulu. Mana mungkin seseorang men-tauhid-kan Alloh Subhanahu Wata’ala sebelum mengenal-NYA. Jadi segala hidup dan kehidupan manusia (dan jin) menurut tafsir ini harus sepenuhnya diarahkan atau sebagai sarana untuk ma’rifat atau mengenal ALLOH Subhanahu Wata’ala Sang Maha Pencipta sampai bisa menyadari, meyakini dan mengi’tikadkan dalam hati bahwa segala sesuatu yang tercipta adalah ALLOH Subhanahu Wata’ala Sang Maha Pencipta-lah yang menciptakannya, sehingga dalam hati mengakui dan merasa bahwa pada hikikatnya tiada daya dan kekuatan melainkan dari ALLOH Subhanahu Wata’ala. Dalam istilah lain senantiasa men-tauhidkan (memaha-esakan) kepada ALLOH atau menerapkan BILLAH;
Begitu pula ummat manusia tidak mungkin bisa melaksanakan pengabdian diri kepada ALLOH (LILLAH) dan man-tauhid-kan BILLAH sesuai dengan ridlo-NYA tanpa adanya pembimbing. Maka untuk membimbingnya ALLOH Subhanahu Wata’ala memilih di antara hamba-hamba-NYA dijadikan Nabi Pemimpin ummat, dan diantara Nabi-Nabi ada yang ditetapkan sebagai Rosul Utusan-NYA dengan dibekali Kitab Suci sebagai tuntunan hidup bagi ummat manusia. Nabi dan Utusan ALLOH Subhanahu Wata’ala yang terakhir adalah Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam dengan Kitab Suci Al-Qur’an sebagai pedoman dan tuntunan hidup manusia sampai akhir zaman / Yaumil qiyaamah.
Dengan diutusnya Beliau Shollalloohu ‘alaihi wasallam ummat manusia diwajibkan menyaksikan bahwa Beliau Shollalloohu ‘alaihi wasallam sebagai Utusan Alloh dan mentaati atas perintah-perintahnya. Dalam pelaksanaan taat kepada Beliau disamping pelaksanaan amaliah lahiriyah tidak kalah pentingnya penataan niat / tujuan dalam batin / hati. Yakni dalam pelaksanaan taat secara lahiriyah disamping didasari ibadah semata-mata karena ALLOH (LILLAH) juga harus disertai tujuan mengikuti / mentaati Rosululloh (LIRROSUL). Penerapan seperti inilah yang dibimbingkan pula dalam Ajaran Wahidiyah.
Jasa seseorang tidak boleh diabaikan / dilupakan, melainkan harus diakuinya dan disyukuri, baik dengan ucapan dan perbuatan maupun dengan pengakuan / perasaan batin. Lebih-lebih jasa atas diperolehnya suatu ni’mat dan anugerah yang amat besar nilainya. Yakni karunia iman dan islam. Padahal dari sekian makhluq yang ada di alam ini tiada satupun yang berjasa kepada kita manusia melebihi jasa Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam yang “rahmatan lil’alamiin”. Tiada satupun amal kebaikan yang terlepas dari jasa Beliau Shollalloohu ‘alaihi wasallam. Untuk itu setiap kita melakukan amal kebaikan seharusnya tidak melupakan jasa Beliau , bahkan harus selalu merasa bahwa segala kebaikan yang kita lakukan dan kita terima atas jasa Beliau Shollalloohu ‘alaihi wasallam. Istilah Wahidiyah selalu menerapkan BIRROSUL.
Tiada seorang pun yang hidup di alam ini yang tidak memerlukan atau tidak berhubungan pihak lain. Kelahirannya saja di alam fana ini sudah memerlukan banyak pihak. Setiap ada hubungan dengan pihak lain di situ pasti timbul dengan sendirinya suatu hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Penyimpangan dan penyalahgunaan dalam pemenuhan hak dan kewajiban adalah suatu kezhaliman. Kezhaliman yang dilakukan oleh seseorang akan mengakibatkan gelapnya hati dan penghalangnya pintu kesadaran, keimanan, ketaqwaan kepada Dzat Maha Suci serta akan memperberat tuntutan di alam baqa’ nanti. Dalam Wahidiyah diberi bimbingan secara garis besar tentang kewajiban pemenuhan hak terhadap pihak lain yang diistilahkan dengan YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH (memberikan suatu hak kepada yang berhak menerimanya) dengan prinsip TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL-ANFA’FAL-ANFA’ (mendahulu-kan sesuatu yang lebih penting (aham) dan yang lebih besar manfa’atnya (anfa’)).
Penjelasan tentang apa yang diuraikan dalam muqaddimah ini Insya Alloh akan dibahas lebih luas di bawan ini. Mudah-mudahan bermanfa’at dan diriloinya fid-diini wad-dun-ya wal-akhirah. Amiin.


HAL KEJERNIHAN HATI DAN KEBERSIHAN LAHIR


HAL KEJERNIHAN HATI DAN KEBERSIHAN LAHIR

1. Untuk apa kejernihan hati / kesucian batin dan kebersihan lahir di butuhkan setiap manusia ?

kejernihan hati / kesucian batin dan kebersihan lahir adalah suatu kondisi yang mutlak yang di butuhkan oleh setiap manusia untuk membina dan menjamin hidup dan kehidupan yang tenang,tentram, bahagia dan sejahtera jasmani dan rohani dan kebersihan lahir adalah termasuk perjuangan hidup yang harus di usahakan oleh setiap manusia.

2. Apa yang di maksud menjernihkan hati?

Menjernihkan hati adalah : membebaskan hati dari pengaruh – pengaruh nafsu yang senantiasa berusaha dan bertipu daya untuk menguasai hati manusia

3. Apa gunanya menjernihkan hati ?

gunanya banyak sekali :
  • Untuk menghindari manusia dari kejahatan dan kehancuran dunia dan akhirat,karena nafsu itu senantiasa mengajak dan mengarahkan pada perbuatan jahat dan sesat. Sebagaiman Firman Alloh SWT yang menghikayahkan pernyataan Nabi Yusuf AS. Sebagai berikut :

    “ dan aku tidak akan membiarkan nafsuku menguasai diriku kerena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang di beri rohmat oleh Tuhanku “(QS.Yusuf : 54)

  • Untuk menjadikan manusia baik lahir maupun batinnya yang disebabkan hatinya suci bersih dari kotoran-kotoran nafsu. Sebagai sabda Rosululloh SAW :

    'Sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, menjadi baik pulalah jasad, dan apabila rusak / kotor, menjadi pula rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, yaitu hati”.

  •   Untuk mendayagunakan segala aspek kehidupan, terutama dalam pengabdian diri kepada Alloh SWT. Firman

    'Pada hari yang tidak bermanfaat harta benda dan tidak bermanfa'at (berguna) pula anak-anak (hari qiyamat), kecuali orang yang datang kehadirot Alloh dengan hati yang suci (bersih dari syirik dan maasyi). AsySyuaroo 88 -,89.

 4. Bagainana hukumnya menjernihkan hati ?

Hukumnya Wajib 'ain. Sebagaimana pernyataan para Ulama terutama para Ulama.Shufi, sebagai berikut

‘'Menjernihkan (membersihkan) jiwa (hati) dari kotoran-kotoran nafsu adalah wajib”

Wajib di sini dalam arti harus diusahakan oleh setiap orang. Baik pria wanita, tua-muda, dari golongan dan bangsa manapun juga semuanya wajib menjernihkan hati dalam dalam rangka mencapai kehidupan yang selamat, sejahtera dan bahagia lahir batin,
Wajib disini dalam arti harus diusahakan oleh setiap orang baik pria,wanita,tua,muda dari golongan dan bangsa manapun juga semuanya wajib menjernihkan hati, dalam rangka mencapai hidup dan kehidupan yang baik didunia dan akherat.

 5. Istilah populer sekarang menjernikan hati itu di sebut apa ?

membersihkan (menjernihkan) hati istilah populer sekarang di sebut : operasi mental dan pembangunan mental !

 6. Cara Menjernihkan Hati atau Operasi Mental

Sebelum kita pelajari bagaimana cara menjernihkan hati, marilah kita perhatikan operasi mental yang dialami Beliau Rasuululloh SAW, dalam menjalani Isro’ Mi’roj. Operasi mental tersebut merupakan tuntunan nyata yang harus diikuti para umat, bahkan oleh setiap manusia.

Adapun caranya operasi sebagai berikut :

a.Kotoran kotoran yang terdapat dihati Rasululloh SAW, oleh malaikat Jibril dicuci dengan air zam-zam.
b.Kemudian hati Rasuululloh SAW dipenuhi dengan Hikmah, Iman,Hikmah (ramah tamah / lemah lembut ), Ilmu yakin dan Islam.
Maka gangguan dan godaan yang di alami dalam perjalanan Isro Mi’roj semua di atasi dengan sempurna dan sukses menghadap Kehadirod Alloh SWT untuk menerima tugas – tugas yang harus di jalankan olah ummat . antara lain ;sholat lima waktu dalam sehari semalam

7. Bagaiman cara menjernikan hati /operasi mental bagi kita ?

Adapun cara menjernihkan hati bagi kita, secara global dapat dilaksanakan dengan dua macam cara yaitu :
1.Mendayagunakan kemampuan batiniyah, yakni dalam bentuk berdo’a kepada Alloh AWT. yang merupakan senjata dan otak / intinya ibadah.
2.Mendayagunakan kemampuan lahiriyah. yakni dalam bentuk bekerja, berkarya dan bentuk aktifitas lahiriyah lainnya.

8. Apakah ilmu itu harus disertai dengan hidayah ?

Ilmu itu harus disertai dengan hidayah, sebab kalau tidak ilmu itu akan menambah jauh pada pemiliknya dari Alloh SWT
dasarnya sabda Rosululloh Saw :

“Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, maka tidak bertambah (dekatnya ) melainkan semakin jauh dari Alloh SWT”.

 9. Apa sebab menjernihkan hati menggunakan do’a/mujahadah

sebab do’a adalah : senjata bagi orang iman (mukmin) dan Mujahadah adalah kunci dari pada hidayah sebagaiman Sabda Nabi :

"Do'a adalah senjata orang mukmin dan tiangnya agama dan sebagai cahaya (yang menerangi) langit dan bumi”

 Dan kata Imam Ghozali RA, Dalam Kitabnya Ihyak Ulumuddin Juz I / 39.

"Mujahadah adalah kuncinya hidayah, tidak ada kunci untuk memperoleh hidayah selain Mulahadah”

  10. Apakah hidayah Alloh dapat diperoleh atau diusahakan dengan upaya manusia ? jawabannya tegas DAPAT.

Firman Alloh dalam Al Qur’an Surat Al Ankabut ayat 69, sebagai berikut :

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridloan) KAMI, sungguh-sungguh akan KAMI tunjukkan kepada mereka jalan-jalan KAMI’'.

11. Do’a apa yang paling ampuh menjernihkan hati ?

 Do’a yang paling ampuh mustajab adalah doa Sholawat kepada Rosulullooh SAW dasarnya Sabada Nabi SAW :

“Segala sesuatu itu ada alat pencuci dan pembasuh. Dan adapun alat pencuci hati seorang mu’min dan membasuhnya dari kotoran yang*sudah melekat / sudah berkarat itu dengan membaca Sholawat kepada-Ku". (Saaadatud Daroini hal : 511 ).

Kata Syekh Hasan Al- 'Adawi dalain Syarah Dalailul Khoirot : '

'Sesungguhnya membaca Sholawat kepada Nabi SAW itu bisa menerangi hati dan mewushulkan kepada Tuhan Dzat yang Maha Mengetahui perkara ghoib tanpa guru".(Sa'aadatud Daroini 36).

12. Jelaskan hubungan antara kejernihan hati ( mensucikan batin ) dengan kebersihan lahir.?

Hubungan antara keduanya sangat erat sekali dan kebersihan lahir itu menunjukan kesucian batin pepatah mengatakan :

“ Lahir itu menunjukan batinnya”

13. Agama menganjurkan agar semua penganutnya selalu bersih jasmani dan suci rohaninya ( jernih hatinya ) Tulislah dasarnya !

dasarnya Alloh Berfirman :

"Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang bertaubat (mensucikan batin) dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri (mensucikan lahir) -.(Al-Baqoroh ayat : 222).

14. Perhatikan pernyataan di bawah ini!

a. Tidaklah sempurna iman seseorang, kecuali jika ia memandang bahwa kebersihan lahir dan kesucian batin itu sebagai hal yang penting dan pokok".
Rosululloh SAW bersabda :

"Kebersihan itu sebagian dari iman !”

b. Kebersihan lahir dan kesucian batin adalah pangkal kesehatan jasmani dan rohani.

 15. Bagairnana cara menjaga kebersihan lahir dan apa alatnya !

Cara menjaga kebersihan lahir antara lain : mandi, bersuci, mencuci, menyapu. Alatnya seperti : air, sabun, sikat, sapu dll.

16. Perhatikan pernyataan di bawah ini !

Bersuci (THOHAROH) dari hadats dan najis perlu sekali kita pelajari dengan teliti tata caranya, karena sebagian besar tata cara ibadah, lahirnya harus keadaan suci dari hadats dan suci dari najis.

17. Bagaimana Cara pemeliharaan jasmani dan rohani ?

Untuk memelihara jasmani adalah dengan menjaga kesehatan. Adapun cara memelihara / menjaga kesehatan jasmani dan rohani adalah sebagai berikut :
Jasmani :
a.Memelihara kebersihan badan dan lingkungan.
b.Makan makanan yang bergizi.
c.Berolah raga dan beristirahat dengan teratur.
d.Berobat bila sakit.
Rohani :
a.Menjaga kesucian batin.
b.Menuntut ilmu yang bermanfaat.
c.Memberi makanan rohani dengan pengabdian diri dan kesadaran kepada Alloh wa Rasuulallohi SAW.

d.Bermujahadah.

18. Bagaiman hubungan antara kesehatan jasmani dengan kesehatan rohani?

Hubungan kesehatan jasmani dan kesahatan rohani sangat erat sekali, sebagaimana pepatah mengatakan :

“Akal / rohani yang sehat terletak didalam jasad yang sehat”.MENSANAA AND CORPORESANO 'Di dalam tubuh yang sehat terdapat Jiwa yang sehat ".

MA‘RIFAT BILLAH WA ROSULIHI SAW

MA‘RIFAT BILLAH WA ROSULIHI SAW .

 

1. Bagaimanakah definisi ma’rifat

Definisi ma‘rifat sebagai berikut :

  • marifat arti secara umum adalah yang dilakukan orang alim yang sesuai dengan maksud dan tujuan ilmu sendiri.

  • Ma‘rifat menurut ahli fiqhi adalah ilmu . setiap ilmu itu ma’rifat, ma‘rifat itu ilmu, setiap orang alim arif dan setiap ‘arif itu alim.

  • Ma‘rifat menurut ahli shufi ialah rasa kesadaran kepada Alloh akan sifat dan AsmaNYA

2. Sebutkan keutamaan Ma’rifat !

 Keutamaan keutamaan ma‘rifat :

a.terhindar dari kerusakan. Berdasarkan dawuh Sayyidina Ali Karromalloohu Wajhah :

Tidak mengalami kerusakan orang yang menyadari akan kedudukan dirinya ".

b. Ketika mati akan diberi kebaikan oleh Allah menurut bilangan makhluk.

"Wahai hamba-KU ketika kamu bertemu dengan Aku dan kamu ma’rifat kepada KU, maka KU berikan kebaikan menurut bilangan Makhluk”

3. Apakah ma’rifat Billah itu ?

  Marifat menurut bahasa adalah menggetahui Allah SWT.

  • Marifat menurut istilah adalah sadar kepada Allah SWT, yakni : hati menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin seperti : melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan ,berfikir dan sebagainya semua adalah Alloh SWT , yang menciptakan dan yang mengerakan. Jadi semuanya Billah !.

4. Mengapa Ma’rifat ( sadar Billah ) dinyatakan sebagai masalah yang paling pokok, pertama dan paling utama ?

Marifat juga dinyatakan sebagai masalah yang paling pokok, pertama dan paling utama sebab Ma‘rifat Billah adalah soal Iman, soal tauhid, yang menentukan bahagia atau tidaknya seseorang, bahkan yang pertama kali yang diperjuangkan Rosulullah SAW, dimakkah selama 13 tahun, dan wajib kita memiliki serta kita perjuangkan .

Sebagaimana kata ulama’:

‘‘Bodoh Billah ( tidak sadar Allah ) hukumnya haram, dan Ma’rifat Billah adalah wajib “ ( Jami’ul Ushul Auliyak Hal 159 )

‘'Pertama kewajiban seseorang adalah Marifat kepada Tuhannya dengan yakin". (Syekh Ibm Ruslan dalam kitab Zubad)

 5. Apa ma’rifat Birrosul SAW dan sebutkan dasarnya !

Ma’rifat Birrosul adalah sadar kepada Rosulullah SAW yakni hati menyadari bahwa segala sesuatu termasuk gerak gerik dirinya lahir batin yang diridloi oleh Allah SWT adalah sebab jasa Rosuulullah SAW.:

Dasarnya

‘‘ Dan tiada KU mengutus Engkau ( Muhammad ) melainkan rohmat bagi seluruh alam ’’

6. Sebutkan jasa Rosulullooh SAW. Yang paling besar nilainya bagi ummatnya !

Jasa Rosululloh yang paling tinggi nilainya bagi umatnya adalah Iman dan Islam.

 7. Sebutkan kedudukan Rosulullooh Saw !

kedudukan Beliau Rosululloh disisi Alloh SWT adalah :

sebagai utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia / makhluk.

 

"Tidaklah Muhammad itu melainkan sebagai utusan (ALL OH) ".

-Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Alloh, dan kami bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW itu'adalah utusan Alloh.

  Sebagai perantara / saluran Nikmat. dalam hal ini ada dua (2) bagian:

1. Nikmat Ijab : adalah sebagai perantara wujudnya makhluk dengan melalui Nur Beliau Rosululloh SAW.

Sesungguhnya Beliau Rosululloh SAW perantara yang terbesar semua ni'mat yang diberikan kepada kita semua, bahkan Beliau adalah uns.ur daripuk wujudnya semua makhluq Alloh SWT.

sebagaimana dikatakan dalam Hadist Qudsi, Alloh SWT berfirman :

"Andaikata tidak ada engkau (Muhammad) AKU (Alloh) tidak menciptakan makhluq ".

2. Nikmat Imdad : adalah Nur Beliau Rosululloh SAW , makhluk yang telah di pelihara kelestariannya.

Dalam hal ini ada dua (2) jalur :

    • jalur batiniyah / Rohani

    • jalur lahiriyah / jasmani untuk umatnya

dasar nikmat Imdad yang tersalu melalui rohani :

Hadist Shoheh yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Turmudzi, AI-Haldm dari Ibm Amfin sebagai berikut :

"Sesungguhnya Alloh SWT menciptakan makhluqNYA di dalam keadaan gelap, maka Alloh. SWT memancarkan atas diriku dari Nur-NYA, maka barang siapa terkena pancaran Nur tadi, ia akan mendapatkan petunjuk dan barang siapa tidak kena Nur itu ia akan tersesat".

 Dasar Ni'mat Imdad yang tersalur melalui lahir.

Dalam Surat AI-Maidah Ayat 15 se'butkan :

"Sesungguh telah datang kepadamu sekalian dari Alloh SWT Nur (Muhammad SAW) dan Kitab Al - Qur'an yang menerangkan halal, haram, haq dan bathil “

8. Apa fungsi Beliau Rosululloh SAW ?

Beliau Rosulullah berfungsi sebagai juru selamat umat manusia dari kesesatan dan kehancuran didunia dan diakhirat.

9. Bagaimana merealisasi ma’rifat Billah wa Rosulihi Saw. Secara sempurna ? jelaskan

Ma‘rifat Billah wa Rosulihi SAW baru di anggap sempurna bila dasari dalam hati diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, yakni disamping hati selalu sadar Billah dan sadar Birrosul, dibuktikan dengan amal perbuatan lahir selalu taat dan patuh atas segala perintah Allah SWT ( LILLAH ) dan selalu mengikuti tuntunan Rosulullah SAW (LIRROSUL) dalam kehidupan nyata sehari-hari. atau istilah lain benar -benar merealisasi dua kalimat Syahadat.

10. bagaimana jalan pintas untuk memperoleh kejernihan hati dan sadar Billah ( ma’rifat kepada Alloh SWT wa Rorosulihi SAW) ?

Jalan pintas untuk memperoleh kejernihan hati menuju sadar (ma‘rifat ) kepada Allah Wa Rosuluhi SAW.

Antaralain :

  • memperbanyak taqorub mendekatkan diri dan bertaubat (memohon ampunan ) Allah SWT.

  • memperbanyak Sholawat kepada Nabi SAW.

  • memperbanyak Tasyaffuan ( memohon syafa‘at ) kepada Rosululloh SAW.

  • Memohon bantuan (moral) doa restu, memohon barokah, karomah, nadhro Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Agar beliau-beliau tersebut berkenan membantu permohonkan kita kepada Allah SWT.

 11. Kita menerima Fadlol yang besar dari Alloh SWT yang harus di syukuri, yang dapat di pergunakan sebagai alat yang ampuh dan ringan untuk menjernihkan hati dan Ma’rifat Billah wa Rosulihi SAW.Apakah Fadlol besar yang di maksud! Dan bagaiman cara mensyukurinya ?

Fadlol yang besar dari Allah SWT yang berupa ‘‘AMALAN SHOLAWAT WAHIDIYAH’’ harus di syukuri, yang dapat dipergunakan sebagai alat yang ampuh dan ringan untuk menjernikan hati dan ma‘rifat Billah wa Rosulihi SAW. Dan cara mensyukurinya kita harus mengamalkannya dan menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah itu

Jumat, 20 Juli 2012

Biografi Mu'alif Sholawat Wahidiyah


BIOGRAFI MU’ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH


I. Kelahiran dan masa Kanak-kanak
KH. Abdul Madjid QS. Wa RA. Lahir dari pernikahan Syekh Mohammad Ma’roef pendiri pondok pesantren Kedunglo dengan Nyai Hasanah putri Kyai Sholeh Banjar Melati Kediri.
KH. Abdul Madjid QS. Wa RA, lahir pada hari Jum’at Wage malam 29 Ramadhan 1337 H atau 20 Oktober 1918 sebagai putra ke tujuh dari sembilan bersaudara. Beliau lahir di tengah pesantren yang luas dan sepi dikelilingi rawa-rawa dengan jumlah santri yang tidak pernah lebih dari empat puluh orang yaitu KEDUNGLO.
Ketika masih baru berusia dua tahun oleh bapak ibunya, beliau dibawa pergi haji ke Mekkah Al Mukaromah. Di Mekkah, setiap memasuki jam dua belas malam Kyai Ma’roef selalu menggendong beliau ke Baitulloh dibawah Talang Mas. Di sana Kyai Ma’roef berdoa agar bayi yang berada dalam gendongannya kelak menjadi orang besar yang sholeh hatinya. Begitu juga di tampat-tempat mustajabah lainnya. Kyai Ma’roef selalu mendoakan beliau agar menjadi orang yang sholeh.
Konon selama berada di Mekkah, beliau juga di khitan disana dan akan diambil anak oleh salah seorang ulama Arab dan disetujui oleh Kyai Ma’roef, tatapi Nyai Hasanah keberatan sehingga beliau tetap dalam asuhan kedua orang tuanya.
Cerita bahwa beliau akan diangkat sebagai anak oleh ulama Mekkah memunculkan sebuah ungkapan “Kalau bukan karena Kyai Madjid maka Sholawat Wahidiyah tidak akan lahir, dan kalau bukan karena Nyai Hasanah Sholawat Wahidiyah tidak akan lahir di bumi Kedunglo”.
Sepulang dari Mekkah, muncul kebiasaan unik pada diri beliau, Beliau yang masih dalam usia tiga tahun (balita), hampir di setiap kesempatan berkata, “Qul dawuha siro Muhammad” sambil meletakkan kedua tangannya diatas kepala. Kebiasaan semacam itu terus berlangsung hingga beliau memasuki usia tujuh tahun.
Kebiasaan lain beliau semasa kanak-kanak adalah suka menyendiri, kurang suka bergaul dan sangat pendiam, beliau hanya mau bermain dengan mbak Ayunya Romlah dan mbak Ayunya ini pula yang mengajari beliau baca tulis Al qur’an untuk pertama kali.
Sifat pendiam dan tidak suka memamerkan keistimewaan yang dimiliki terus dibawa beliau hingga memasuki usia remaja. Karena sifat pendiam beliau inilah hingga tidak ada yang tahu keistimewaan-keistimewaan beliau di masa kanak-kanak dan remajanya.
Walaupun secara lahiriyah tidak tampak istimewa dibanding dengan Gus Malik adiknya yang pandai dan sering menampakkan kekeramatannya. Dan Gus Malik pula yang bertindak sebagai wakil ayahnya apabila Kyai Ma’roef tidak ada atau sedang berhalangan, hingga tidak sedikit yang menyangka bahwa Gus Malik lah calon penerus Kyai Ma’roef. Akan tetapi pada hakikatnya, Kyai Ma’roef telah mempersiapkan Agus Madjid sebagai penggantinya sejak beliau baru di lahirkan. Terbukti, meski masih berusia dua tahun, ayahnya telah membawa pergi haji. Padahal kita semua tahu bagaimana kondisi transportasi dan akomodasi jamaah haji di tahun 1920-an. Sungguh sulit, penuh rintangan dan melelahkan belum lagi kondisi cuaca alam tanah Arab yang berbeda jauh dari kondisi di Indonesia, dan itu ditempuh berbulan-bulan lamanya.
Bukti lain bahwa beliau dipersiapkan sebagai calon pengganti ayahnya, adalah setiap mendekati bulan haji. Kyai Ma’roef selalu kedatangan tamu dari kalangan Sayyid dan Sayyidah dari jazirah Arab. Saat itulah, sambil menggendong Agus Madjid, Nyai Hasanah berkata kepada tamunya,”Niki ndoro Sayyid yugo kulo njenengan suwuk, dados tiyang ingkang sholeh atine.” (ini tuan Sayyid, doakan anak saya agar menjadi orang yang sholeh hatinya).
Pernah suatu hari saat Kyai Ma’roef sedang bepergian, datang seorang Habib hendak bersilahturrahmi. Karena Kyai Ma’roef tidak ada, si tamu minta dipanggilkan Agus Madjid katanya mau didoakan. Karena Agus Madjid sedang bermain dan belum mandi, maka abdi dalem membawa Gus Malik yang sudah rapi untuk menemui tamu tersebut. “Wah, ini bukan Agus Madjid, tolong bawa Agus Madjid kemari!” kata si habib kepada abdi dalem.
II. Pada Masa Remaja
Memasuki usia sekolah, beliau sekolah di Madrasah Ibtida’iyah namun hanya sampai kelas dua. Selanjutnya, Kyai Ma’roef mengantar beliau mondok ke Jamsaren Solo pada Kyai Abu Amar. Genap tujuh hari di Jamsaren. Beliau dipanggil gurunya disuruh kembali ke Kedunglo “Wis Gus panjenengan kondur!”, sambil dititipi surat agar disampaikan kepada ayahnya. Beliau menuruti perintah Kyai Abu Amar meski dengan pikiran penuh tanda tanya kembali ke Kediri. Setiba di rumah, ternyata ayahnya yang mengantarkan beliau mondok masih belum kembali sementara yang diantarkan sudah kembali.
Terdorong akan jiwa muda yang ingin menimba ilmu pengetahuan. Beliau kemudian mondok ke Mojosari Loceret Nganjuk. Namun setelah hari ke tujuh beliau dipanggil Kyai Zainudin gurunya. “Gus sampeyan sampun cukup, mboten usah mondok kundor mawon, wonten dalem kemawon”. (Gus anda sudah cukup, tidak usah mondok pulang saja, di rumah saja). Beliau pun kembali pulang ke Kediri dan matur kepada ayahnya kalau gurunya tidak bersedia memberinya pelajaran.
Wis kowe tak wulang dewe, sak wulan podho karo sewu wulan”. (Kalau begitu kamu saya ajari sendiri, satu bulan sama dengan seribu bulan). Ujar Kyai Ma’roef.
Maka setelah empat belas hari mondok di Jamsaren dan Mojosari, gurunya adalah ayahnya sendiri Kyai Ma’roef yang telah mewarisi ilmu Kyai Kholil dari Bangkalan. Oleh ayahnya setiap selesai sholat Maghrib beliau diajari aneka macam ilmu yang diajarkan dipondok pesantren maupun ilmu yang tidak diajarkan di pondok pesantren. Sehingga Kyai Ma’roef pernah berkata kepada adik Gus Madjid “Madjid itu tidak kalah dengan anak pondokan”.
Tak heran kalau pada akhirnya beliau tumbuh sebagai pemuda yang sangat alim dan wara’. Ibarat padi semakin tinggi ilmunya beliau semakin tawadhu dan pendiam sehingga siapapun tidak pernah menyangka kalau di balik kediamannya tersimpan segudang ilmu pengetahuan dan sejuta keistimewaan. Tapi, itulah keistimewaan beliau yang tidak pernah menunjukkan keistimewaan dan karomah-karomahnya kepada sesamanya.
III. Masa Dewasa
a. Pernikahan
Ketika berusia 27 tahun dan hampir menguasai seluruh ilmu ayahnya, beliau semakin tampak dewasa dan matang. Tidaklah heran jika banyak gadis yang mengidamkan beliau. Karena disamping beliau dikenal sebagai putra kyai yang masyur dan makbul doanya, beliau adalah sosok pemuda alim berwajah tampan nan rupawan bagaikan rembulan.
Namun dari sekian gadis, pitri-putri yang mendambakan dipersunting beliau, akhirnya pilihannya jatuh pada gadis bernama Shofiyah yang baru berusia 16 tahun putri K. Moh. Hamzah dengan Umi Kulsum, buyut KH. Mansyur pendiri kota Tulung Agung yang mendapat tanah perdikan dari Sultan Hamengkubuwono II karena telah berhasil mengeringkan sumber Tulung Agung dan kini menjadi alun-alun kota Tulung Agung.
Semula, beliau dijodohkan dengan sepupunya sendiri yaitu “Nyai Zainap” putri KH. Abdul Karim Manaf dari Lirboyo (yang akhirnya dinikahi oleh KH. Mahrus Lirboyo). Tetapi saat ditawari akan dinikahkan dengan saudara sepupunya yang cantik dan pintar itu beliau hanya diam saja. Meski tidak mendapat jawaban yang pasti dari beliau, antar pihak Kedunglo dan Lirboyo sepakat akan menikahkan keduanya.
Kemudian diselenggarakan upacara akad nikah putra dan putri kyai yang masih kerabat dekat dan sama-sama pernah menjadi santri Kyai Kholil Bangkalan ini, dengan menyembelih lima ekor kambing.
Tetapi entah kenapa, ketika Pak Naib meng-akid, calon pengantin putra hanya diam saja tidak menjawab. Berkali-kali Pak Naib mengucapakan ijab tetapi tidak mendapat jawaban qobul dari Agus Madjid. Maka mengertilah bahwa beliau tidak mau dinikahkan dengan Nyai Zainab saudara sepupunya tersebut.
Setelah pernikahan antar kerabat tersebut batal, beliau ditawari kembang dari Tawangsari kota Tulung Agung oleh Yusuf santri ayahya yang tidak lain adalah paman si gadis. Beliau setuju dan melihat si gadis tersebut sedang memetik beberapa kuntum bunga Melati dari balik jendela di bawah menara masjid. Si gadis itu tidak lain adalah Nyai Shofiyah putri ke tujuh dari dua belas bersaudara.
Pernikahan antara Kyai Abdul Madjid dengan Nyai Shofiyah dikaruniai empat belas anak, yaitu : Ning Unsiyati (Almh), Ning Nurul Isma, Ning Khuriyah(Almh), Ning Tatik Farikhah, Agus Abdul Latif, Agus Abdul Hamid, Ning Fauziah(Almh), Ning Djauharotul Maknunah, Ning Istiqomah, Agus Moh.Hasyim Asy’ari(Alm), Ning Tutik Indiyah, Agus Syafi Wahidi Sunaryo, Ning Khuswatun Nihayah dan Ning Zaidatun Inayah.
b. Kepribadian dan Kehidupan Berumah Tangga
Beliau mempunyai kepribadian yang sangat mempesona. Menurut penuturan orang-orang yang hidup sejaman beliau, akhlak Mbah Yahi Abdul Madjid QS wa RA adalah biakhlaqi Rasulillah. Berbadan sedang dengan warna kulit putih bersih. Berhidung mancung agak tumpul dan berbibir bagus agak lebar dengan garis bibir tidak jelas yang menunjukkan bahwa beliau mempunyai tingkat kesabaran yang luar biasa. Matanya cekung dengan kelopak dan pelipis mata ke dalam bak gua menunjukkan bahwa beluai seorang yang mempunyai pemikiran yang tajam dan dalam. Di antara kedua matanya terdapat urat halus dan lurus sebagai pertanda beliau Mbah Yahi Madjid mempunyai otak briliyan. Tangannya halus dan lembut selembut hatinya yang pemaaf. Kalau berjalan beliau melangkah dengan pelan tapi pasti dengan sorot mata mengarah kebawah. Terkadang beliau juga menoleh ke kanan/ke kiri untuk melihat situasi dan keadaan jamaah.
Kalau bicara tenang dan santai disertai senyum, beliau juga sering melontarkan kalimat-kalimat canda yang membuat beliau dan tamunya tertawa. Beliau juga bebicara dengan jawami’ kalam, artinya kata-kata yang dituturkannya mengandung makna yang banyak, karena beliau mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu dengan ringkas dan padat. Beliau juga mampu memberikan makna yang banyak dalam satu ucapan yang dituturkannya. Beliau juga mengucapkan kata-kata dengan jelas, tidak lebih dan tidak kurang dari yang dikehendaki. Beliau memperhatikan sungguh-sungguh kepada orang yang berbicara dengannya.
Disamping itu beliau dikenal sangat dermawan. Tak jarang tamunya yang sowan dan tampak tidak punya ongkos buat pulang diberi ongkos oleh beliau. Pernah juga beliau memberi belanja kepada seorang pengamal yang tidak punya penghasilan. Ada pula seorang pengamal yang ingin tahu keramatnya beliau, ketika si tamu pamit pulang beliau memberikan jubahnya kepada si tamu tersebut.
Beliau sangat memperhatikan kebersihan dan kesucian badannya. Baju yang telah dipakai sekali tidak di pakai lagi. Karena tidak heran kalau beliau sering mencuci pakaiannya sendiri bahkan juga menguras jedingnya sendiri. Dalam masalah ini beliau pernah mengungkapkan rumah itu hendaknya suci seperti masjid dan bersih seperti rumah sakit.
Bila marah, beliau Cuma diam. Hanya roman mukanya yang sedikit berubah. Kalau beliau mau berbicara pertanda bahwa marahnya sudah hilang dan seperti tidak terjadi apa-apa. Perihal marah ini Mbah Nyahi sebagai orang terdekat yang telah menemani beliau lebih dari 40 tahun menuturkan. “Kalau beliau kurang berkenan kepada saya, atau ada kesalahan yang telah saya lakukan tetapi saya kurang menyadarinya, beliau hanya diam saja dengan roman muka sedikit berubah tidak seperti biasanya. Kalau Mbah Yahi sudah demikian, saya bingung dan sedih sekali. Begitu besarkah kesalahan saya di mata beliau? kemudian satu persatu saya koreksi kesalahan apa yang telah saya lakukan sehingga beliau tidak menegur saya. Semakin saya koreksi, saya merasakan terlalu banyak kesalahan yang telah saya perbuat sehingga saya tidak tahu dimana letak kesalahan saya sendiri. Namun itu tidak berlangsung lama, sebentar kemudian beliau menegur saya dan selanjutnya seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Dari sini kita tahu bahwa kehidupan rumah tangga beliau jauh dari perselisihan dan tidak pernah terjadi pertengkaran. Kalaupun ada kesalahan yang telah dilakukan, masing-masing sibuk mengkoreksi kesalahannya sendiri. Itulah Mbah Yahi, yang sering berfatwa agar para pengamal lebih sering “nggrayahi jithoke dewe” (mengoreksi kesalahannya sendiri), ketimbang mengurusi kesalahan orang lain dan ternyata lebih dulu diterapkan pada keluarga beliau.
Kehidupan rumah tangga beliau adalah potret kehidupan rumah tangga harmonis dan sangat bahagia. Sebagai suami, beliau adalah sosok suami yang romantis, amat setia, mencintai dan menyayangi istri sepenuh hati. Meski sebagai putra kyai, beliau tidak segan-segan menghibur istrinya dengan mengajak menonton pasar malam seraya menggandeng tangan Mbah Nyahi bahkan beliau juga menggendong Mbah Nyahi apabila menjumpai jalan yang licin atau kubangan-kubangan di tengah jalan. “Kalau kami jalan berdua, Mbah Yahi itu tidak pernah melepaskan tangan saya. Beliau selalu menggandeng tangan saya. Kemana-mana selalu kami lakukan berdua. Bahkan untuk mencari hutangan kalau kami tidak punya uang, kami mencari bersama-sama”. Tutur Mbah Nyahi saat menceritakan kemesraan Mbah Yahi.
Dalam kehidupan sehari-hari Mbah Yahi Madjid QS wa RA, sebagaimana yang dikatakan Mbah Nyahi RA, beliau adalah manusia biasa seperti manusia lainnya. Beliau mencuci baju sendiri dan kerap kali mencucikan baju Mbah Nyahi atau baju putra-putrinya yang tertinggal di kamar mandi pribadi beliau. Beliau selalu membantu Mbah Nyahi menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kalau Mbah Nyahi akan memasak sayur santan, beliau yang memarut kelapanya dan Mbah Nyahi yang membuat bumbunya. Beliau juga membantu mengasuh putra-putrinya yang masih kecil-kecil, memandikan, mendandani bahkan menyuapi.
Kalau persediaan padi hasil panenan habis, beliau memanen sayuran kangkung yang beliau tanam sendiri, lalu di jual ke pasar oleh Mbah Nyahi untuk dibelikan beras. Tak jarang beliau sekeluarga hanya makan sayur kangkung saja. Dalam kehidupan rumah tangga Mbah Yahi dulu, tidak mempunyai apa-apa sama sekali sudah biasa. Dan kondisi semacam itu diterima dengan tabah, sabar dan ikhlas oleh Mbah Nyahi.
Melihat kondisi Mbah Yahi sekeluarga yang sangat sederhana dan apa adanya tersebut. Pak Haji Alwan merasa kasihan dan berkata kepada Mbah Yahi, “Romo Kyai Ma’roef itu orangnya ampuh dan apa-apa yang beliau inginkan, Kyai Ma’roef tinggal berdo’a mohon keapada Allah langsung diijabahi”. Tapi apa jawab Mbah Yahi.
Pak Haji Alwan, kalau bapak dulu dengan berdoa langsung diijabahi oleh Allah, sedangkan saya ndak usah berdoa, hanya krenteg(terbetik) dalam hati saja langsung diijabahi oleh Allah, tapi saya tidak mau”.
Jawaban Mbah Yahi QS wa RA di atas mengingatkan kita kepada Rasulullah SAW, saat Malaikat Jibril merasa sangat prihatin menyaksikan kehidupan harian Rasulullah makhluk terkasih di sisi Allah yang hidup sangat sederhana, sehingga Malaikat Jibril menawari Rasulullah hendak mengubah gunung menjadi emas. “Biarlah saya begini, sehari lapar sehari kenyang. Ketika aku lapar , aku bisa mengingat Tuhanku dan menjadi orang yang sabar. Dan ketika aku kenyang, aku bisa memuji Tuhanku dan menjadi hamba yang bersyukur”. Itulah jawaban manusia termulia di muka bumi ini.
Dalam menerima tamu beliau juga tidak pilih-pilih atau tanpa pandang bulu, baik itu dari kalangan atas atau sebaliknya, beliau selalu menerima dan menghormati tamu yang datang kepada beliau dengan memperlakukan para tamu dengan baik dan bertutur kata dengan bahasa yang halus (boso/dengan krama inggil bahasa jawa).
Mbah Yahi QS wa RA pada awal-awal penciptaan Sholawat Wahidiyah, senantiasa prihatin. Beliau prihatin karena urusan-urusan penting yang sedang dihadapinya. Keprihatinan beliau bukanlah berkaitan dengan masalah khusus mengenai diri beliau, melainkan yang berhubungan dengan masyarakat jami’al alamin.
Hal lain mengenai beliau adalah setiap orang yang memandang beliau akan merasakan kesejukan yang merasuk ke dalam hati. Dan siapapun yang beliau pandang hatinya pasti bergetar.
c. Aktivitas Keorganisasian
Sebelum mentaklif Sholawat Wahidiyah beliau adalah adalah aktifis NU (Nahdatul Ulama) sebuah organisasi terbesar di Indonesia. Ketika usia remaja beliau aktif di Anshor dan di Kepanduan (sekarang Pramuka) milik NU. Beliau juga gemar berolah raga khususnya sepak bola. Jadi meskipun beliau telihat sangat pendiam dan nampak kurang pergaulan, tetapi kenyataannya beliau adalah seorang yang luwes dalam pergaulan. Keaktifannya di NU terus berlanjut meski beliau sudah menikah. Beliau pernah menjabat sebagai Pimpinan Syuriah NU kec. Mojoroto tahun 1948 dan Syuriah NU cabang Kodya Kediri. Namun setelah beliau mentaklif Sholawat Wahidiyah dan ajarannya tahun 1963 beliau tidak lagi aktif di organisasi tersebut.
Dalam memimpin organisasi beliau juga sangat bijaksana, pernah suatu saat diadakan rapat pimpinan di Bandar Lor, yang hadir ada lima orang dan salah satu di antaranya adalah Bapak Alwi Bandar Lor. Dalam rapat tersebut beliau mendawuhkan “Nopo sampun podo setuju?”(apa semua sudah setuju?) lalu para tamu mengatakan setuju kemudian diam, lalu beliau berkata “Terus kados pundi?” (Lalu bagaimana?) dan anehnya untuk tinggal mengetok atau mengakhiri sampai lama sekali , sehingga dapat disimpulkan bahwa beliau dalam memutuskan hasil musyawarah tidak langsung memvonis tetapi dengan menunggu pendapat dari anggota musyawarah.
IV. Peristiwa-Peristiwa Penting Pada Awal Penyiaran Sholawat Wahidiyah
Pada Tahun 1964, Mbah Yahi menyelenggarakan resepsi ULTAH sholawat Wahidiyah yang Pertama dan disebut EKAWARSA sekaligus khitanan Agus Abdul Hamid dan selapan harinya Ning Tutik Indiyah dengan mengundang Pembesar Ulama dari berbagai daerah di Jawa Timur, disamping keluarga dan kaum muslimin lainnya. Hadir sebagai tamu antara lain : KH. Abdul Wahab Hasbullah (Rois “Am Nahdhatul Ulama dan pengasuh Pesantren bahrul Ulum Tambak Beras Jombang), KH. Machrus Ali (Syuriah NU Wilayah Jatim dan Pengasuh Ponpes Lirboyo Kediri), KH. Abdul Karim Hasyim (putra pendiri NU dan pengasuh pesantren Tebu Ireng Jombang) dan KH. Hamim Djazuli (Gus Mik) (putra pendiri Ponpes Al Falah Ploso Mojo Kediri).
Kesempatan baik tersebut dipakai oleh Mbah Yahi untuk menyiarkan Sholawat Wahidiyah kepada segenap hadirin. “Permisi saya mempunyai amalan Sholawat Wahidiyah apakah panjenengan mau saya beri ijazah?” Kata Mbah Yahi dalam sambutannya. Spontan yang hadir menjawab “Kerso”(mau), diantara hadirin ada yang berdiri dan ada pula yang setengah berdiri. Saat itu pula Kyai Wahab Hasbullah spontan berdiri sambul mengacungkan tangannya dibarengi ucapan yang lantang. “Qobiltu awwalan, Qobiltu awwalan”(Saya terima duluan).
Sementara itu KH. Wahab Hasbullah dalam sambutannya antara lain mengatakan, “Hadirin….ilmu Gus Abdul Madjid dalam sekali, ibarat sumur begitu sedalam sepuluh meter, sedang saya hanya memiliki ukuran satu koma dua meter saja, Sholawatnya Gus Madjid ini akan saya amalkan”.
Setelah itu beliau semakin gencar dalam menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan membentuk sebuah organisasi yang bernama “PUSAT PENYIARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH” yang diketuai oleh bapak KH. Yassir dari Jamsaren Kediri.
Pernah pada suatu saat beberapa ulama utusan Partai NU cabang Kediri bersama-sama bersilahturahmi kepada beliau mohon penjelasan tentang Sholawat Wahidiyah beliaupun menjelaskan dengan jawaban yang singkat dan tepat. Beberapa pertanyaan yang diajukan diantaranya: “Sholawat Wahidiyah itu prinsipnya apa? Dasarnya apa dan menurut Qoul yang mana? Dengan tegas beliau menjawab. “Sholawat Wahidiyah itu susunan saya sendiri”. Para tamu kembali bertanya, “apa benar, Kyai mengatakan kalau orang yang membaca Sholawat Wahidiyah itu sama dengan ibadah setahun?” Di jawab oleh Mbah Yahi, “Oh, bukan begitu. Saya hanya mendapat alamat, kalau membaca Sholawat “Allohumma kamma Anta Ahluh…..” itu sama dengan ibadah setahun. Begitu itu, ya tidak saya jadikan hukum. Adalagi keterangan lain, “Orang membaca Sholawat badawi sekali sama dengan khatam dalil sepuluh kali”. Para tamu masih terus bertanya, “Apa benar Kyai, kalau tidak mengamalkan sholawat Wahidiyah itu tidak bisa makrifat?. Itukan menjelek-jelekkan thoriqoh, menafikkan thoriqoh?” Dengan tegas dan lugas beliau menjawab, “Bukan begitu, masalah jalannya makrifat itu banyak”. Setelah itu para tamu tidak bertanya-tanya lagi.
Suatu ketika Muallif juga memberikan penjelasan mengenai Sholawat Wahidiyah di Dk. Mayan desa Kranding kec. Mojo kab. Kediri di hadapan para Kyai se-kecamatan Mojo Selatan. Yang hadir pada saat itu antara lain KH. M. Djazuli Pengasuh Penpes Al Falah ploso. Dalam khutbah iftitahnya beliau Muallif Sholawat Wahidiyah mengucapkan : “Alhamdulillahi aataanaa bilwahidiyyati bifadli robbina”.
Sebelum Wahidiyah disebarkan secara umum. Beliau mengirimkan Sholawat Wahidiyah yang ditulis tangan oleh K. Muhaimin (Alm) santri Kedunglo, kepada para ulama Kediri dan sekitarnya disertai surat pengantar yang beliau tanda tangani sendiri. Sejauh itu tak satupun kyai yang dikirimi Sholawat mempersoalkan Sholawat Wahidiyah. “Semua doa sholawat itu baik”. Begitu komentar para kyai waktu itu.
Kalau pada akhirnya muncul pengontras-pengontras Wahidiyah, oleh Mbah Yahi pengontras itu justru dipandang sebagai kawan seperjuangan bukan sebagai lawan. Sebab dengan adanya pengontras tersebut mendorong pengamal jadi lebih giat dalam bermujahadah dan sesungguhnya para pengontras itu ikut menyiarkan Wahidiyah dengan cara dan gayanya sendiri-sendiri. Karena dengan adanya pengontras itu, orang yang semula belum tahu Wahidiyah menjadi tahu. Mereka juga ikut andil dalam perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rasulihi SAW.
V. Wasiat Muallif Sholawat Wahidiyah tanggal 7 dan 9 Mei 1986
Kurangnya keserasian kerja diantara lembaga yang didirikan oleh Muallif yaitu: Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat (PSW Pusat) dan Dewan Pertimbangan Perjuangan Wahidiyah (DPPW) yang ingin terus mencampuri urusan teknis operasional PSW Pusat, sehingga muncul berbagai masalah antara DPPW dan PSW Pusat. Sementara itu di Pondok Kedunglo juga muncul permasalahan-permasalahan yang melibatkan sebagian keluarga.
Dengan arif dan bijaksana Muallif Sholawat Wahidiyah RA membentuk suatu Team yang disebut “Team 3”, yang terdiri dari K. Ihsan Mahin, K Moh. Jazuli Yusuf dan H. Moh. Syifa. Team 3 ditugasi langsung oleh Muallif RA untuk mencari penyelesaian berbagai kasus dan permasalahan yang terjadi baik di lingkungan PSW Pusat dan DPPW maupun yang berhubungan dengan Pondok Kedunglo.
Ditunjuk Drs. Syamsul Huda sebagai Pejabat sementara wakil ketuaPSW Pusat menggantikan K. Moh. Jazuli Yusuf.
Pada tanggal 7 Mei 1986 Muallif Sholawat Wahidiyah RA memberikan “wasiat” kepada Team 3 yang sowan (datang) melaporkan hasil-hasil kerjanya dan mohon petunjuk lebih lanjut. Ikut hadir mendengarkan Moh. Ruhan Sanusi, Ketua PSW Pusat waktu itu.
Tanggal 9 Mei 1986 Muallif Sholawat Wahidiyah RA menyampaikan wasiat tersebut diatas yang dihadiri ± 115 hadirin-hadirot dari pengurus PSW Pusat serta para anggota DPPW dan sebagian Pengurus PSW Kab/Ko serta pengamal Wahidiayh yang ada kaitannya dengan berbagai masalah. Mereka hadir atas undangan Team 3 dalam rangka persidangan menyelesaikan masalah yang terjadi pada waktu itu. Wasiat tersebut intinya adalah :
1. Pondok Kedunglo adalah Hak Waris.
2. SMP dan SMA Wahidiyah, di-ijinkan asal tidak mengganggu kehidupan pondok dan masjid Kedunglo dan tidak mengganggu perjuangan Wahidiyah.
3. Soal Wahidiyah: Wahidiyah adalah seperti perjuangan Islam pada umumnya, bukan hak waris. Para Penyiar Sholawat Wahidiyah dan para Pengamal Wahidiyah adalah “wakil saya”(wakil beliau Muallif Sholawat Wahidiyah RA) “Al Wakil Atsiirul-Muwakkil”, “Muwakkil kuasa penuh”.
Segala perbuatan dan perkataan, maupun apa saja, yang merugikan perjuangan terutama, yang menjadikan fitnah, ini supaya dibuang sama sekali!”
Menunjuk A.F. Baderi supaya duduk menjadi wakil ketua II, sehingga pimpinan PSW Pusat menjadi 3 (tiga orang, yaitu: Moh. Ruhan Sanusi, K. Moh. Jazuli Yusuf, dan A.F. Baderi. Menunjuk Drs. Imam Mahrus menjadi sekretaris I PSW Pusat dan Agus Imam Yahya Malik sebagai sekretaris II. (Ket: untuk lebih lengkapnya pembaca dapat mendengarkan kaset wasiat tersebut).
VI. Wafatnya Beliau Muallif Sholawat Wahidiyah RA
Romo Yahi kurang sehat, beliau gerah (sakit), dan kabar itu segera menyebar keseluruh peserta resepsi Mujahadah Kubro di bulan Rojab tahun 1989. kontan saja resepsi Mujahadah Kubro dalam rangka memperingati peristiwa Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW menjadi lain dari biasanya. Suasana syahdu terasa sangat melingkupi hari-hari Mujahadah Kubro. Apalagi pada malam pertama, kedua dan ketiga Mbah Yahi tidak mios (tidak hadir secara langsung ketempat acara) untuk menyampaikan fatwa dan amanat.
Pada malam terakhir, sebenarnya beliau sudah melimpahkan pengisian fatwa dan amanat kepada orang lain. Tetapi hadirin para pengamal Sholawat Wahidiyah sangat merindukan beliau hadir ditengah-tengah peserta untuk mendengarkan langsung fatwa terakhir beliau. kemudian wakil dari peserta menyampaikan kepada Mbah Yahi akan kerinduan dan kecintaan para pengamal kepada Mbah Yahi. Akhirnya beliau berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhirnya.
Syukur alhamdulillah, karena kasih sayang Mbah Yahi kepada para pengamal, beliau berkenan menyampaikan fatwa terakhir di malam terakhir pelaksanaan mujahadah kubro meski dari kamar dalem tengah. Pada kesempatan tersebut beliau meng-ijasahkan Sholawat Wahidiyah kepada seluruh hadirin untuk diamalkan dan disiarkan dengan kalimat, “ajaztukum bihadzihis sholawatil wahidiyyati fil amali wan nasyri”.
Setelah itu kondisi kesehatan beliau semakin menurun, walau demikian beliau masih juga berkenan mengisi pengajian Minggu pada dari dalem.
Begitulah beliau Mbah Yahi QS wa RA, di saat-saat akhir hayatnya beliau masih membimbing dan mentarbiyah pengikutnya.
Pada hari Selasa Wage tanggal 7 Maret 1989 atau 19 Rojab 1409 jam 10.30 WIB, beliau dipanggil menghadap sang Kholik Allah SWT. (Ditulis dari berbagai sumber)